Mengapa Banyak Orang Suka Swafoto (Selfie) Merujuk Pemikiran Jean-Paul Sartre
gambar-post Mengapa Banyak Orang Suka Swafoto (Selfie) Merujuk Pemikiran  Jean-Paul Sartre

Jumlah pengguna media sosial di dunia sudah lebih dari 5 miliar orang, bahkan ke depan bisa menandingi jumlah pengakses teknologi Internet. Jumlah platform media sosial yang terus berkembang pesat variannya, membuat banyak pilihan bagi banyak orang untuk menggunakannya.

Aplikasi media sosial tersebut antara lain: YouTube, facebook, WhatsApp, instagram, Twitter, TikTok, Line, Tumblr, Pinterest, Telegram, Reddit, Snapchat, Linkedln, Facebook Messenger, dan masih banyak lagi. Negara China sendiri memiliki media sosial antara lain: WeChat, Weibo, Little Red Book, Douyin, Kuaishou, Zhihu, Bilibili, Douban, dll. Rusia juga punya media sosial seperti: Vkontakte, Odnoklassniki, Moy Mir, dan sebagainya. India punya media sosial seperti Raposo, dll.
Semua platform media sosial tersebut memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyampaikan pesan dan mengabadikan berbagai kejadian yang tengah terjadi maupun sudah terjadi kepada publik di seluruh dunia tanpa ada kendala ruang dan waktu.


Pada berbagai kesempatan kita bisa dengan mudah melihat baik di ruang publik maupun ruang privasi, banyak orang yang mengabadikan kegiatannya baik untuk momentum penting maupun sekadar aktivitas ringan keseharian dengan menggunakan telpon selulernya yakni dengan melakukan potret diri. Memotret diri sendiri atau selfie, sejatinya sudah bukan hal baru lagi dalam dunia fotografi. Mengingat kamera pada HP saat ini sudah dilengkapi dengan kamera depan dan kamera belakang.

Apalagi saat ini juga banyak tersedia berbagai aplikasi pemanis atau pemercatik foto sehingga hasil foto yang sebelumnya terlihat biasa bisa disulap menjadi foto yang luar biasa.  Uniknya, selfie tidak hanya digemari oleh orang awam, tetapi juga banyak dilakukan oleh para tokoh seperti pejabat, politisi, artis, pengusaha, dosen, guru, dan lain sebagainyaa. Tidak terbatas orang muda, bahkan anak-anak sampai orang dewasa dan orang tua atau lansia juga terlihat gemar melakukan selfie.


Umumnya hasil foto selfie tersebut kemudian diunggah langsung oleh pelaku selfie ke akun media sosial mereka masing-masing agar bisa diketahui publik terkait aktivitas mereka. Namun demikian, ada juga yang melakukannya untuk sekadar kepuasan diri, atau bahkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis melalui monetising pada jaringan media sosial yang mereka miliki.


Pertanyaan epistemologisnya, mengapa banyak orang (tidak mengenal batas usia, status sosial, maupun ras atau kebangsaan) menggemari selfie/swafoto?  Kita bahas argumentasinya mengapa banyak orang suka selfie dengan meminjam teori analisis dari Jean Paul Sartre. Jean Paul Sartre adalah filsuf dari Perancis yang menggagas mengenai teori eksistensialisme bahwa manusia memiliki kebebasan tanpa batas di dunia ini (secara mutlak) bahkan tidak dibatasi oleh Tuhan. Untuk menggapai kebebasan tanpa batas tersebut, Jean Paul Sartre menekankan prinsip eksistensialisme, bahwa manusialah yang melakukan determinasi atas ide, konsep, dan struktur.
Di mana teori eksistensialisme ini menjadi penyempurna atas konsep atau teori mengenai idealisme, rasionalisme, dan realisme sekaligus.


Dalam konteks banyaknya orang yang suka selfie, merujuk pada gagasan Jean Paul Sartre tersebut, mengingat adanya teori eksistensialisme. Bahwa dengan adanya bukti foto diri pada berbagai aktivitas dan kemudian terunggah di berbagai jaringan media sosial yang ada; maka akan semakin banyak orang yang mengetahui mengenai aktivitas yang sudah diunggah tersebut. Adanya pengakuan dari orang lain mengenai eksistensi dirinya melalui foto diri atau selfie tersebut menguatkan bahwa kegiatan selfie adalah kebutuhan bagi seseorang agar diakui keberadaan dirinya. Di samping itu juga sebagai kegiatan untuk mengabadikan kegiatan tersebut melalui selfie; sebab dengan selfie membuat hasilnya lebih cepat jadinya dan sesuai dengan keinginan pemilik HP atau telpon seluler; sedangkan kalau menunggu fotografer profesional; belum tentu setiap kesempatan selalu tersedia fotografer profesional tersebut.


Jadi sesungguhnya selfie adalah bentuk lain pemuasan diri untuk meneguhkan eksistensialisme diri dalam setiap kesempatan kepada orang lain, melalui hasil foto selfie (memfoto diri sendiri) maupun welfie (foto bersama-sama dengan cara sendiri). Analisis psikologis, ada motif atau niat pamer sesungguhnya dalam kegiatan selfie atau welfie tersebut. Pamer hasil fotonya dengan gaya diri beragam rupa, sekaligus pamer teknologi HP yang dimilikinya. (*)

*) Supadiyanto, M.I.Kom., Studi Doktoral S3 Ilmu Komunikasi SPS Universitas Sahid Jakarta


Bagikan postingan

Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama.