Memotret Wajah Pendidikan Kabupaten Sleman di Tengah Pandemi COVID-19
gambar-post Memotret Wajah Pendidikan Kabupaten Sleman di Tengah Pandemi COVID-19

Sleman - Selama 1,5 tahun terakhir terjadi pandemi COVID-19 di Indonesia, Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman tetap melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Paling tidak tercatat ada yakni Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PPDB Tahun 2020 dan 2021, Monitoring Pelaksanaan Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD) 2021, Webinar Publik dan Peluncuran Buku 2020, dan Workshop Penguatan Komite Sekolah Tahun 2021, Rapar Koordinasi Anggota Dewan Pendidikan Sleman baik digear secara daring via Zoom maupun secara luring.

Sebagaimana diketahui bersama, pandemi COVID-19 telah berdampak buruk pada berbagai sektor kehidupan di Indonesia. Termasuk sektor perekonomian, pariwisata, sosial dan budaya, serta pendidikan di Kabupaten Sleman. Berdasarkan data https://www.worldometers.info/coronavirus/, jumlah orang yang meninggal dunia akibat COVID-19 sedunia sampai 18 September 2021 sebanyak 4.666.334 jiwa, yang terkonfirmasi sebanyak 226.844.344 orang di 224 negara dunia. Adapun negara dengan jumlah orang yang meninggal dunia tertinggi peringkat 1 sampai 13 masih dipegang oleh Amerika Serikat dengan jumlah 691.288 orang; disusul Brazil 589.744 orang, India 444.869 orang, Meksiko 270.538 orang, Peru 198.948 orang, Rusia 197.425 orang, Indonesia 140.323 orang, Inggris 135.147 orang, Italia 130.284 orang, Kolombia 125.826 orang, Iran 116.791 orang, Argentina 116.791 orang, Perancis 116.002 orang (Worldometer, 2021). Indonesia berada pada peringkat ke-7, negara dengan jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19.

Saat ini, pemerintah pusat masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4,3,2,1 di berbagai kota/kabupaten di Indonesia. Khusus di Sleman, kini statusnya telah turun dari PPKM Level 4 menjadi Level 3. Berdasarkan data https://corona.jogjaprov.go.id/, hingga 19 September 2021 ini, jumlah orang yang meninggal dunia akibat COVID-19 se-DIY sebesar 539 orang. Dari angka tersebut, Kabupaten Sleman masih menjadi daerah yang memiliki jumlah orang yang meninggal dunia tertinggi se-DIY yakni sebanyak 156 orang, disusul oleh Kabupaten Bantul sebanyak 151 orang, Kota Yogyakarta sebanyak 148 orang, Gunungkidu 57 orang, dan Kulonprogo sebanyak 27 orang. Khusus di Kabupaten Sleman, dari 17 kecamatan yang ada, terdapat tiga kecamatan yang memiliki kasus COVID-19 tertinggi yakni Kecamatan Depok, Mlati, dan Ngaglik.

Terhitung sejak medio Maret 2020 sampai sekarang, sebagian besar sekolah di Sleman masih memberlakukan pembelajaran secara daring, masih sedikit yang memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas.

Akibatnya, selama pembelajaran daring tersebut yang panjang tersebut, ditemukan banyak kasus di mana para murid mengalami kejenuhan model pembelajaran secara daring, banyak orangtua yang mengeluh juga akibat kesulitan dalam mendampingi kegiatan belajar di rumah, serta para guru sendiri mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi ajar karena tidak semua orangtua atau murid memiliki dukungan fasilitas pembelajaran secara daring secara memadai.

Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman pada akhir tahun 2020 pernah melakukan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supadiyanto, dkk. (2020) berjudul: Evaluasi Kegiatan Belajar Mengajar se-Kabupaten Sleman selama Pandemi COVID-19: (Mendesain) Strategi Pembelajaran di Masa Transisi menuju Tatanan Normal Baru (New Normal), ditemukan fakta menarik. Pertama, kendala utama dalam kegiatan belajar mengajar secara daring selama pandemi COVID-19 adalah masalah tersedianya fasilitas infrastruktur telekomunikasi berupa perangkat handphone dan akses Internet.

Kedua, solusi yang sudah dilakukan dalam mengatasi berbagai kendala dalam kegiatan belajar mengajar selama pandemik COVID-19 sudah dirasakan dampak positifnya oleh para guru dan murid secara keseluruhan. Solusi yang paling banyak mendapatkan tanggapan yakni mengenai penyesuaian materi atau kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran berbasis daring tersebut. Disusul dengan gagasan untuk mengadakan home visit serta meningkatkan komunikasi intensif antara guru dan murid.

Ketiga, pemerintah telah melakukan sejumlah kebijakan dalam mengatasi masalah pembelajaran secara daring di masa pandemi COVID-19 antara lain: dengan menerapkan program Belajar dari Rumah, pembinaan guru, memberikan bantuan pendanaan misalnya untuk subsidi kuota internet kepada guru dan murid, pemantauan serta evaluasi pembelajaran selama pandemi COVID-19, dan gagasan program home visit di tingkat TK dan SD (walaupun kemudian kebijakan ini lantas ditiadakan).

Keempat, para guru berharap besar agar pemerintah memberikan bantuan sarana dan prasarana yang memadai agar kegiatan belajar mengajar secara daring dapat terlaksana dengan baik dan efektif. Bahkan sebanyak 149 guru TK, SD, dan SMP di Kabupaten Sleman berharap besar agar diadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tatap muka, namun tetap mengedepankan prosedur protokol kesehatan secara ketat. Harapan lainnya, agar kebijakan mengenai Program Belajar dari Rumah agar dapat disosialisasikan lebih intensif kepada masyarakat untuk menekan angka penderita COVID-19 yang sampai sekarang masih terus tinggi.

Kelima, terkait dengan gagasan program home visit; sebagian besar guru (sebanyak 309 responden) menyetujui program tersebut dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Jumlah responden yang tidak setuju dengan program tersebut sebanyak 224 orang, sedangkan 38 responden tidak menjawab atau tidak bisa menentukan pilihan.

Program home visit bisa menjadi pilihan program yang baik namun harus dilakukan dengan prosedur yang ketat dan sebaiknya diperuntukkan bagi para pelajar yang mengalami permasalahan akademik saja.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman Sudiyo, M.Pd. berpendapat bahwa Belajar Dari Rumah (BDR) adalah strategi pembelajaran yang paling logis bisa dilakukan ketika bangsa ini masih dilanda pandemi COVID-19. "Peran orang tua menjadi sangat penting dalam mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah untuk mencegah mata rantai penularan virus COVID-19," ujar Sudiyo.

Kini jumlah orang yang terpapar COVID-19 di Indonesia dan juga di Kabupaten Sleman terus mengalami penurunan setidaknya sampai September 2021 ini. Harapannya kondisinya semakin ke titik terendah dan akan berangsur normal kembali. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar secara bertahap dapat pulih dan berangsur normal kembali seperti sedia kala. Sekolah-sekolah bisa dibuka kembali secara normal. Aktivitas belajar mengajar di kelas maupun daring dapat berjalan beriringan.

Para orangtua atau walimurid dapat bekerja normal kembali di luar rumah. Para guru juga bisa dengan nyaman menyampaikan pembelajaran yang memerdekakan dan mencerdaskan. Politik anggaran dalam berbangsa dan bernegara dapat kembali normal kembali, tidak tersedot kembali kepada kegiatan-kegiatan darurat dalam penanganan COVID-19. Semuanya tentu memiliki doa dan harapan demikian. Semoga, kondisi segera normal kembali. (*)


Bagikan postingan

Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama.