Memotret Wajah Pendidikan Kabupaten Sleman di Tengah Pandemi COVID-19
- 29 November 2021
- Laporan Khusus
- Komentar 0
Sleman - Selama 1,5
tahun terakhir terjadi pandemi COVID-19 di Indonesia, Anggota Dewan Pendidikan
Kabupaten Sleman tetap melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Paling tidak tercatat ada yakni Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PPDB Tahun
2020 dan 2021, Monitoring Pelaksanaan Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah
(ASPD) 2021, Webinar Publik dan Peluncuran Buku 2020, dan Workshop Penguatan
Komite Sekolah Tahun 2021, Rapar Koordinasi Anggota Dewan Pendidikan Sleman
baik digear secara daring via Zoom maupun secara luring.
Sebagaimana
diketahui bersama, pandemi COVID-19 telah berdampak buruk pada berbagai sektor
kehidupan di Indonesia. Termasuk sektor perekonomian, pariwisata, sosial dan
budaya, serta pendidikan di Kabupaten Sleman. Berdasarkan data https://www.worldometers.info/coronavirus/,
jumlah orang yang meninggal dunia akibat COVID-19 sedunia sampai 18 September
2021 sebanyak 4.666.334 jiwa, yang terkonfirmasi sebanyak 226.844.344 orang di
224 negara dunia. Adapun negara dengan jumlah orang yang meninggal dunia
tertinggi peringkat 1 sampai 13 masih dipegang oleh Amerika Serikat dengan
jumlah 691.288 orang; disusul Brazil 589.744 orang, India 444.869 orang,
Meksiko 270.538 orang, Peru 198.948 orang, Rusia 197.425 orang, Indonesia
140.323 orang, Inggris 135.147 orang, Italia 130.284 orang, Kolombia 125.826
orang, Iran 116.791 orang, Argentina 116.791 orang, Perancis 116.002 orang
(Worldometer, 2021). Indonesia berada pada peringkat ke-7, negara dengan jumlah
orang yang meninggal akibat COVID-19.
Saat
ini, pemerintah pusat masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Level 4,3,2,1 di berbagai kota/kabupaten di Indonesia. Khusus
di Sleman, kini statusnya telah turun dari PPKM Level 4 menjadi Level 3.
Berdasarkan data https://corona.jogjaprov.go.id/,
hingga 19 September 2021 ini, jumlah orang yang meninggal dunia akibat COVID-19
se-DIY sebesar 539 orang. Dari angka tersebut, Kabupaten Sleman masih menjadi
daerah yang memiliki jumlah orang yang meninggal dunia tertinggi se-DIY yakni
sebanyak 156 orang, disusul oleh Kabupaten Bantul sebanyak 151 orang, Kota
Yogyakarta sebanyak 148 orang, Gunungkidu 57 orang, dan Kulonprogo sebanyak 27
orang. Khusus di Kabupaten Sleman, dari 17 kecamatan yang ada, terdapat tiga
kecamatan yang memiliki kasus COVID-19 tertinggi yakni Kecamatan Depok, Mlati,
dan Ngaglik.
Terhitung
sejak medio Maret 2020 sampai sekarang, sebagian besar sekolah di Sleman masih
memberlakukan pembelajaran secara daring, masih sedikit yang memberlakukan
pembelajaran tatap muka terbatas.
Akibatnya,
selama pembelajaran daring tersebut yang panjang tersebut, ditemukan banyak
kasus di mana para murid mengalami kejenuhan model pembelajaran secara daring,
banyak orangtua yang mengeluh juga akibat kesulitan dalam mendampingi kegiatan
belajar di rumah, serta para guru sendiri mengalami kesulitan dalam
menyampaikan materi ajar karena tidak semua orangtua atau murid memiliki
dukungan fasilitas pembelajaran secara daring secara memadai.
Dewan
Pendidikan Kabupaten Sleman pada akhir tahun 2020 pernah melakukan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Supadiyanto, dkk. (2020) berjudul: Evaluasi
Kegiatan Belajar Mengajar se-Kabupaten Sleman selama Pandemi COVID-19:
(Mendesain) Strategi Pembelajaran di Masa Transisi menuju Tatanan Normal Baru (New Normal), ditemukan fakta menarik.
Pertama, kendala utama dalam kegiatan belajar mengajar secara daring selama
pandemi COVID-19 adalah masalah tersedianya fasilitas infrastruktur
telekomunikasi berupa perangkat handphone dan akses Internet.
Kedua,
solusi yang sudah dilakukan dalam mengatasi berbagai kendala dalam kegiatan
belajar mengajar selama pandemik COVID-19 sudah dirasakan dampak positifnya
oleh para guru dan murid secara keseluruhan. Solusi yang paling banyak
mendapatkan tanggapan yakni mengenai penyesuaian materi atau kegiatan
pembelajaran dalam pembelajaran berbasis daring tersebut. Disusul dengan
gagasan untuk mengadakan home visit serta meningkatkan komunikasi intensif
antara guru dan murid.
Ketiga,
pemerintah telah melakukan sejumlah kebijakan dalam mengatasi masalah
pembelajaran secara daring di masa pandemi COVID-19 antara lain: dengan
menerapkan program Belajar dari Rumah, pembinaan guru, memberikan bantuan
pendanaan misalnya untuk subsidi kuota internet kepada guru dan murid,
pemantauan serta evaluasi pembelajaran selama pandemi COVID-19, dan gagasan
program home visit di tingkat TK dan
SD (walaupun kemudian kebijakan ini lantas ditiadakan).
Keempat,
para guru berharap besar agar pemerintah memberikan bantuan sarana dan
prasarana yang memadai agar kegiatan belajar mengajar secara daring dapat
terlaksana dengan baik dan efektif. Bahkan sebanyak 149 guru TK, SD, dan SMP di
Kabupaten Sleman berharap besar agar diadakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah dengan tatap muka, namun tetap mengedepankan prosedur protokol
kesehatan secara ketat. Harapan lainnya, agar kebijakan mengenai Program
Belajar dari Rumah agar dapat disosialisasikan lebih intensif kepada masyarakat
untuk menekan angka penderita COVID-19 yang sampai sekarang masih terus tinggi.
Kelima,
terkait dengan gagasan program home visit;
sebagian besar guru (sebanyak 309 responden) menyetujui program tersebut dengan
tetap menerapkan protokol kesehatan. Jumlah responden yang tidak setuju dengan
program tersebut sebanyak 224 orang, sedangkan 38 responden tidak menjawab atau
tidak bisa menentukan pilihan.
Program
home visit bisa menjadi pilihan
program yang baik namun harus dilakukan dengan prosedur yang ketat dan
sebaiknya diperuntukkan bagi para pelajar yang mengalami permasalahan akademik
saja.
Ketua
Dewan Pendidikan Kabupaten Sleman Sudiyo, M.Pd. berpendapat bahwa Belajar Dari
Rumah (BDR) adalah strategi pembelajaran yang paling logis bisa dilakukan
ketika bangsa ini masih dilanda pandemi COVID-19. "Peran orang tua menjadi
sangat penting dalam mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah untuk
mencegah mata rantai penularan virus COVID-19," ujar Sudiyo.
Kini
jumlah orang yang terpapar COVID-19 di Indonesia dan juga di Kabupaten Sleman
terus mengalami penurunan setidaknya sampai September 2021 ini. Harapannya
kondisinya semakin ke titik terendah dan akan berangsur normal kembali. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar secara bertahap dapat pulih dan berangsur
normal kembali seperti sedia kala. Sekolah-sekolah bisa dibuka kembali secara normal.
Aktivitas belajar mengajar di kelas maupun daring dapat berjalan beriringan.
Para
orangtua atau walimurid dapat bekerja normal kembali di luar rumah. Para guru
juga bisa dengan nyaman menyampaikan pembelajaran yang memerdekakan dan
mencerdaskan. Politik anggaran dalam berbangsa dan bernegara dapat kembali
normal kembali, tidak tersedot kembali kepada kegiatan-kegiatan darurat dalam
penanganan COVID-19. Semuanya tentu memiliki doa dan harapan demikian. Semoga,
kondisi segera normal kembali. (*)
Bagikan postingan
Komentar